Minggu, 07 November 2010

musibah pasti datang

***
Jam telah menunjukkan 18.00, aku baru saja pulang dari bermain bersama teman-teman dilapangan voli yang sudah kosong itu, kami bermain layang-layang saat itu karena sedang musimnya, kadang kala kami bermain petak umpet, lempar galah, kasti, gasing dan juga yang lainnya.
Terdengar suara mama memanggilku dari kejauhan, kebetulan rumahku dekat dengan tempat itu, dalam hatiku pun bertanya kenapa????, padahal semua pekerjaan rumah telah kuselesaikan, rmulai dari mencuci piring, menyapu rumah, memasak air bahkan juga memberi makan bebek, memberi makan bebek agak sedikit rumit mulai dari merajang ubi hingga halus, sampai mencacah bekicot.


“Ton, ton, pulang cepat!”
“Ia ma”
“Kamu mau bakar rumah ya?”
“Gak ma”
“Terus apa-apaan ini!!”
“Emang ada apa ma”
“Masak ada arang dilantai”
“Yang bener ma, sahut ku dari kejauhan”
“Jangan ceroboh ton, rumah kita ini dari kayu, sekali terbakar lantai nya langsung habis semuanya, coba kau lihat itu punya gino dan mbak ana, semua sudah ludas“.
Terlihat jelas satu batang arang menyerupai batang kayu rambutan yang ku pakai untuk memasak air ternyata tadi apinya masih hidup dan aku lupa mematikannya.
“Kamu lupa ya nak, kan mama bilang kalau sudah selesai itu kayu nya itu langsung dibuang keluar, terus tungkunya disiram dengan air !!”, nampakmata mama melotot dan terlihat kesal.
***
Kata kata mama sore itu terus teringat dikepalaku, sampai-sampai suatu waktu aku pun melihat lembaran kelabu ku beberapa tahun yang lalu, ketika itu baru berusia 4 tahhun,

Tambah lagi papa yang membersihkan batang kayu yang sudah menjadi arang tersebut.

Kalau kuingat-ingat peristiwa itu sama seperti 5 tahun yang lalu , ketika itu umurku baru 4 tahun, tepatnya ditransito bantul (transito adalh tempat pendidikan bagi para tramsmigran), dipagi hari itu kira-kira jam 10.00 , aku meminta kepada papa ku untuk dibelikan makanan , karena tidak dituruti akhirnya akupun tiba tiba langsung menghidupkan korek dan langsung mengancam untuk membakar. Sebaiknya peristiwa seperti itu tak boleh terjadi kembali lagi. Aku tidak ingat entah apa yang membuat ku untuk nekat untuk mengancam membakar, padahal apabila aku bakar semua komplek itu bisa habis dilalap sijago merah. Waktu terus berlalu sampai tak ku sadari kini usiaku sudah 20 tahun, tak pernah terbayangkan olehku bagaimana rasanya tidak punya rumah, apa rasanya bila barang yang kita miliki hilang dengan begitu cepat, seperti keadaan temenku panggil aja dia agus, anak yatim yang ditinggal oleh bapaknya karena ibu nya tidak mau merawat akhirnya nenek nya dan bibinya mengambil dia (merawat nya). Suatu ketika disaat kami sedang asyik-asyiknya belajar IPA dibangku SD, tiba-tiba saja dari luar sana terlihat banyak kepulan asap mengudara dengan begitu kentalnya mungkin warnanya seperti wedus gembel di merapi. Semua siswa SD panik, bapak guru, penjaga kantin termasuk siswa Sd kelas 5 dan wali kelasnya. Diluar sana terdengar teriakan ibu-ibu agar mengumpulkan orang-orang karena tetangga nya ada yang terbakar. Sontak kami pun terus keluar dan menuju keselatan, rumah demi rumah pun kami lewati dengan lari sekencang-kencangmya. Alangkah terkejut nya agus ketika melihat rumahnya terbakar , dengan menangis sejadi-jadiny, kami pun terus menahannya agar tidak tejadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Lain hal nya denga nenek agus, ketika itu dia masih dikebun , karena mendengar kabar dari orang-orang maka dia langsung pulang dan ketika baru sampai jembatan sang kakek pingsan karena tidak kuat melihat rumah nya terbakar dari kejauhan, bahkan ada yang sangat disesali dari peristiwa itu karena wayang kesayangannya ikut terbakar. Usut punya usut ketika itu saudara agus yang masih dirumah sedang memasak air, karena dikira udah mati apinya maka ditinggal rumah tersebut, alangkah terkejut nya ketika dia melihat rumah nya terbakar.

Tolong-tolong !!!!!!;

Aku terkejut dari lamunan ku disore itu karena ada tetangga kami yang rumah nya terbakar, seluruh harta nya habis , tidak ada yang tersisa, bahkan rumah tetangga pun hampir ludes juga, untung nya dengan semangat gotong royong yang dimiliki warga akhirnya rumah itu tidak ikut terbakar juga walaupun akhirnya rumah pertama itu tidak berhasil diselamatkan. Karena kasihan tidak punya rumah bapak kepala desa memberikan rumah untuk orang tersebut.
***
Ketika aku pulang kekampung dari kota karena sekolah sering terdengar berita kebakaran, tidak lain penyebabnya adalah tabung LPG, sepertinya setiap hari semakin banyak saja yang terbakar rumanya , akupun tak tahu entah kapan rumah ku akan terbakar,
Jika aku ingat-ingat peristiwa itu aku pun sempat berpikir entah kapan rumah ku mendapat giliran untuk terbakar, sepertinya sudah menjadi tradisi di kampung kami. Setiap tahun nya pasti ada saja rumah terbakar, mulai dari kayu bakar, minyak tanah sampai Lpg seperti sekarang ini sudah mengukir di kampung ini. Semua yang kita miliki ini tidak kekal, pasti akan kembali pada yang kuasa, sebagai makhluk nya kita hanya berusaha untuk mencegah saja.
Tlililit,,,,,,,tlililililt,,,,,
Suara nada pesan berbunyi agak lama.
Seperti biasa, aku pun tidak langsung membuka, aku biarkan sampai kira-kira 5 menit, terlebih kalau dilihat dari layar hp pesan tersebut bukan dari nomor yang tersimpan di hp ku. Setelah ku buka sms itu, alangkah terkejut nya aku karena sms itu berbunyi seperti ini:
“Ton, Cepet pulang ke kost-an, komplek terbakar”,
Dari randi (temen sekamar u)

Dag-dig-dug, perasaan ku bercampur aduk, tak tahu lagi apa nasibku yang akan datang, kemudian dengan sisa pulsa yang kumiliki aku telpon randi
“Kapan kost-an kebakar?”
“Baru saja satu jam”
“Kenapa bisa kebakar ?”
“Aku juga gak tahu, tapi kata anak kost yang laen dari rumah tetangga, waktu dia nyetrika, tiba-tiba langsung konslet”.
“Terus udah dipadamkan belum?”
“Udah, setengah jam yang lalu pemadam kebakaran bisa matiin api, tapi semua rumah kost-an sudah ludes”.
“Barang-barang mu gemana?”
“Habis juga, sama kayak punya lo, kapanmau datang ke sini?”
“Besok ja ya , lagiyan akupun belum persiapkan oleh-oleh, kamu urus dulu ya semua barang kita yang masih bisa dipakai”
“Siiiip, bawakan aku keripik pisang ya”
“Ok, deh”
Setelah kutelpon randi akupun langsung bilang sama mama, dan mempersiapkan segalanya untuk berangkat besok. Jam 06.00 kau sudah berangkat dan mencari mobil yang mau kekota.

Jumat, 05 November 2010

Kumpulan Askep Bedah( amputasi)

AMPUTASI

Pengertian Amputasi

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
1.      Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
2.      Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3.      Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4.      Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5.      Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
6.      Deformitas organ.

Jenis Amputasi

Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
1.      amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir
2.      amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3.      amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi yang dikenal adalah :
1.      amputasi terbuka
2.       amputasi tertutup.
 Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).
Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.

Manajemen Keperawatan

Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap postoperatif.
a.      Pre Operatif
Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.
Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.


Pengkajian Riwayat Kesehatan

Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.

Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi  :
SISTEM TUBUH
KEGIATAN
Integumen :
Kulit secara umum.
Lokasi amputasi
Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.
Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.
Sistem Cardiovaskuler :
Cardiac reserve
Pembuluh darah
Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.
Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.
Sistem Respirasi
Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.
Sistem Urinari
Mengkaji jumlah urine 24 jam.
Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.
Cairan dan elektrolit
Mengkaji tingkat hidrasi.
Memonitor intake dan output cairan.
Sistem Neurologis
Mengkaji tingkat kesadaran klien.
Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.
Sistem Mukuloskeletal
Mengkaji kemampuan otot kontralateral.



Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif. Asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.

Laboratorik
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.



Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan
Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat timbul antara lain :
  1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
Karakteristik penentu :
-          Mengungkapkan rasa tajut akan pembedahan.
-          Menyatakan kurang pemahaman.
-          Meminta informasi.
Tujuan : Kecemasan pada klien berkurang.
Kriteria evaluasi :
-          Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.
-          Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.
INTERVENSI
RASIONAL
Memberikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral.

Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya.

Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien.
Secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya.

Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan/ persepsi klien.

Meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat.

  1. Berduka yang  antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat amputasi.
Karakteristik penentu :
-          Mengungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian.
-          Takut kecacatan.
-          Rendah diri, menarik diri.
Tujuan : Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.
Kriteria evaluasi :
-          mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.
-          Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yangbaru.
INTERVENSI
RASIONAL
Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan pada gaya hidup.

Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan pemilihan amputasi.

Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah.

Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam penerimaan terhadap situasi amputasi.
Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental.

Membantu klien mengapai penerimaan terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi.

Meningkatkan dukungan mental.






Strategi untuk meningkatkan adaptasi terhadap perubahan citra diri.

Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif antara lain :
þ Mengatasi nyeri
-     Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatsi nyeri.
-     Menginformasikan tersdianya obat untuk mengatasi nyeri.
-     Menerangkan pada klien bahwa klien akan “merasakan” adanya kaki untuk beberapa waktu lamanya, sensasi ini membantu dalam menggunakan kaki protese atau ketika belajar mengenakan kaki protese.
þ Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif
-     Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1 – 2 jam untuk mencegah kontraktur.
-     Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki ( yang sehat ), perut dan dada sebagai persiapan untuk penggunaan alat penyangga/kruk.
-     Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi preoperasi, untuk membantu meningkatkan kemampuan mobilitas posoperasi, memprtahankan fungsi dan kemampuan dari organ tubuh lain.
þ Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan
-       Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.
-       Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu  ( karena tidak semua klien yang mengalami operasi amputasi mendapatkan protese seperti pada penyakit DM, penyakit jantung, CVA, infeksi, dan penyakit vaskuler perifer, luka yang terbuka ).
-       Semangati klien dalam persiapan mental dan fisik dalam penggunaan protese.
-       Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam.

b.      Intra Operatif
Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klie. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.
Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif.
Makalah ini tidak membahas secara detail kegiatan intraoperasi.

c.       Post Operatif
Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang mengancam jiwa.
Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri.
Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.
Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.
Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.
Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar adanya.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain adalah :
  1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi
Karakteristik penentu :
-          Menyatakan nyeri.
-          Merintih, meringis.
Tujuan : nyeri hilang / berkurang.
Kriteria evaluasi :
-          Menyatakan nyeri hilang.
-          Ekspresi wajah rileks.
INTERVENSI
RASIONAL
Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi. Bila terjadi nyeri panthom limb



Beri analgesik ( kolaboratif ).

Ajarkan klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada handuk dan menarik handuk dengan berlahan.
Sensasi panthom limb memerlukan waktu yang lama untuk sembuh daripada nyeri akibat insisi.
Klien sering bingung membedakan nyeri insisi dengan nyeri panthom limb.

Untuk menghilangkan nyeri

Mengurangi nyeri akibat nyeri panthom limb

  1. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi
Karakteristik penentu :
-          Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.
-          Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.
-          Depresi.
Tujuan : Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.
Kriteria evaluasi :
-          Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.
-          Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.
INTERVENSI
RASIONAL
Validasi masalah yang dialami klien.

Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung menggunakan putung :
-          Perawatan luka.
-          Mandi.
-          Menggunakan pakaian.

Berikan dukungan moral.

Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri.
Meninjau perkembangan klien.

Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh.





Meningkatkan status mental klien.

Memfasilitasi penerimaan terhadap diri.

  1. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Infeksi, hemorragi, kontraktur, emboli lemak berhubungan dengan amputasi
Karakteristik penentu :
-          Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.
Tujuan : tidak terjadi komplikasi.
Kriteria evaluasi : tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.
INTERVENSI
RASIONAL

Infeksi

Lakukan perawatan luka adekuat.

Mencegah terjadinya infeksi.

Perdarahan

Pantau :
-Masukan dan pengeluaran cairan.

- Tanda-tanda vital tiap 4 jam.

- Kondisi balutan tiap 4-8 jam.
-           

Menghindari resiko kehilangan cairan dan resiko terjadinya perdarahan pada daerah amputasi.

Sebagai monitor status hemodinamik


Indikator adanya perdaraham masif

Emboli lemak

Monitor pernafasan.


Persiapkan oksigen



Pertahankan posisi flower atau tetap tirah baring selama beberapa waktu

Memantau tanda emboli lemak sedini mungkin


Untuk mempercepat tindakan bila sewaktu-waktu dperlukan untuk tindakan yang cepat.

Mengurangi kebutuhan oksigen jaringan atau memudahkan pernafasan.

Beberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah :
þ Melakukan perawatan luka postoperasi
-     Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka.
-     Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese yang digunakan telah tepat dengan kondisi daerah amputasi (6 bulan –1 tahun).
þ Membantu klien beradaptasi dengan perubahan citra diri
-     Memberi dukungan psikologis.
-     Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi saat ini.
þ Mencegah kontraktur
-     Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah amputasi segera setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi.
-     Menerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna untuk meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese, menghindari terjadinya kontraktur.
þ Aktivitas perawatan diri
-     Diskusikan ketersediaan protese ( dengan terapis fisik, ortotis ).
-     Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese.
-     Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari tim rehabilitasi kesehatan selama penggunaan protese.
-     Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus.
-     Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan protese.


Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi.(anas)

REFERENSI
Engram, Barbara ( 1999 ), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah, edisi Indonesia, EGC, Jakarta.

Brunner, Lillian S; Suddarth, Doris S ( 1986 ), Manual of Nursing Practice, 4th edition, J.B. Lippincott Co. Philadelphia.

Kozier, erb; Oliveri ( 1991 ), Fundamentals of Nursing, Concepts, Process and Practice, Addison-Wesley Co. California.

Reksoprodjo, S; dkk ( 1995 ), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

kukuruyuk

Kukuruyuk, kukuruyuk, bunyi kokok ayam membangunkanku dari tidur malam ini, aku lihat jam ternyata sudah jam 06.00. Cepat cepat aku ambil air wudhu dan sholat subuh walaupun sudah agak telat. Terdengar suara ibu memanggil dari dapur,
“Nak, cepatlah kesini”,
“Ia mak”,
“Bantu mamak, potongin daun ubi ini”,
“Ia , nanti setelah habis sholat ya mak”,
Setelah selesai sholat aku langsung bantu mama didapur, setelah masakan siap aku makan dan kira-kira sampai jam 07.30. Langsung aku ganti baju kebun dan pergi menyusul bapak dikebun serta membawakan bontot (makanan yang dibawa dikebun) untuk beliau. Jalan menuju kebun ku lumayan jauh kurang ± 1,5 km, dan akupun kekebun dengan jalan kaki soalnya jalanan becek karena masih musim hujan. Disana sini terdapat banyak genangan air, nampak terlihat jelas warna air gambut kecoklatan dan penuh kotoran. Perjalanan ke kebun memakan waktu setengah jam, ditengah perjalanan tidak kuduga aku bertemu dengan seekor babi, warna nya hitam kecoklatan badan nya belang belang dengan corak kebelakang, besar nya kira-kira sebesar kambing dengan tinggi 1 meter, babi itu orang-orang bilang babi tunggal (babi yang hidup sendirian), babi tersebut berbeda dengan babi  yang hidup berkelompok karena babi tersebut tidak liar, bahkan bisa melawan kita yang mendekat.
“Weeeeeek” terdengar suara babi tersebut kaget
Aku pun yang berjalan sendirian terkejut, tak sadar bontot ku hampir jatuh, dan kakiku terperosok dilumpur gambut.
Kami sama-sama terkejut, matanya yang tajam memandang mata ku yang terbelalak ketakutan, betapa takut nya aku karena babi tersebut langsung mendekatiku, matanya yang tajam menatapku tiada berkedip, kepalanya ditengadahkan keatas, tidak banyak yang bisa kulakukan , aku hanya mundur selangkah dan menarik nafas panjang sambil menahan rasa takut yang terus menyelimuti diri. Selang beberapa detik untungnya babi tersebut langsung mundur dan pergi, tapi dia tidak langsung pergi melainkan memandangku terus menerus dari kejauhan sambil mengawasi diri ini.
Setelah berjalan melewati beberapa kanal ( orang kampung bilang nya parit) dan kebun tetangga, sampailah aku dikebun, disana sudah ada papa yang bekerja , dia berangkat dari jam 06.00.
“Mana ibu mu rur”, kata bapak padaku
“Mama masih dirumah pa, nyuci baju dulu, ini makan pagi nya , ada kerupuknya( kerupuk adalah makanan kesukaan papa)”,jawabku sambil nafas setengah terengah-engah
“Ia , bawa sini”, kata bapak membalas singkat.
Dengan secepat kilat bapak langsung membuka bontot dan langsung sarapan dengan lahapnya.
Kerja bapak dikebun sangat berat, betapa tidak seharusnya badan yang sudah pensiun itu tapi masih saja dipaksakan juga untuk kerja berat, kerja sebagai tukang kebun walaupun dikebun sendiri tapi bagi ku itu sangat berat, apalagi kalo masa manen kelapa berangkat jam 06.00 bisa pulang sampai jam 17.00. Memanen kelapa itu sangat rumit pertama-tama kelapa yang sudah kecoklatan ataupun tua diegrek/ dikait, kemudian dikumpulkan dibarisan kelapa, setelah itu kelapa disulak / dikupas kemudian dikumpulkan di pinggir kanal memakai ambung( tas dari ritan bisa berisi 80-120 butir kelapa), kemudian ditransport.
Setelah istirahat sebentar maka akupun segera mengupas kelapa, tidak terasa tangan ku sangat sakit karena belum terbiasa, satu dua kali aku pun istirahat untuk minum sebentar,
“Pak susah kali ya kelapa ini”,
“Ia, makanya kalau ngupas tu diliat dibagian sisinya yang mana yang bagus”,jawab ayah
“Bapak sudah dapat berapa tumpuk kelapa”
“Baru tiga tumpuk(± 300 buah) nak”
Dengan susah payah aku selesaikan pekerjaan kebun ini, sungguh terasa capek padahal aku baru saja dapat satu tumpuk. Mengupas kelapa menghabiskan banyak tenaga, tidak hanya itu kerjanya pun dibawah terik matahari, jadi kulit berubah hitam legam dan sangat panas, dan akhirnya aku putuskan untuk buka baju, aku relakan kulit berubah hitam legam.
Jam 10.35 ibu sampai dikebun. Sejurus kemudian ibu langsung menuju ketumpukan kelapa dan langsung menyulak. Kami bertiga sama-sama kerja, kami bekerja sangat serius, sekitar satu jam kemudian kami istirahat sebentar, kami bertiga makan cemilan. Hari ini hari jum’at, ketika jam 11.00 siang papa langsung pulang kerumah sementara itu cuaca sangat mendung, awan sudah menghitam, bergumpal-gumpal dilangit berkejar-kejaran dengan angin.
“Mau pulang gak rur?”, tanya papa sambil berlalu dari hadapan ku
“Nak, gak usah pulang ya”, kata mama
“Ia mak”,
“Kita sama-sama ambil satu tumpuk saja, biar cepat selesai”,
Tak terasa awan semakin hitam, dan gerimis pun mulai turun kebumi. Pelan tapi pasti, hujan mulai deras, dan petir pun mulai menyambar.
“Mak dilanjutin kerjanya gak?”, tanya ku pada mama
“Ia, dilanjutin ja”,
Satu persatu kelapa mulai terkupas
“Mak hujannya deras banget ni, petir nya banyak banget lagi”,
“Gak papa nak”
Duar, duar, duar......
Lama – lama semakin banyak petir yang menyambar, langit semakin menghitam, hujan angin pun mulai mendera. Bila memandang langit dari timur ke barat, utara selatan semua menghitam seakan-akan langit akan runtuh. Kamipun sangat ketakutan. Akhirnya kami putuskan untuk pulang kerumah saja. Kira-kira sudah jam 13.00 kami berdua sampai dirumah dan ternyata dirumah pun ada bapak karena bapak sudah pulang sholat jum’at karena hujan sangat lebat dikampung akhirnya bapak memakai payung. Aku sangat menyesal tidak solat jumat karena mungkin ini jumat terakhir dikampung, setelah libur 2 bulan dari kuliahku di kota, gara-gara ingin cepat selesai memanen kelapa aku jadi lupa segalanya, mungkin ini peringatan dari yang kuasa agar tidak melupakannya walaupun kitadalam kesusahan.
“Udah pulang rur”, sahut papa sambil makan kerupuk ketika mendengar suara kami berdua pulang
“Ia”
“Makanya tadi mending solat ja”
“Maaf” jawabku sambil malu-malu