TUGAS KEPERAWATAN JIWA
PENYAKIT KRONIS
Di Susun OLeh :
KELOMPOK
§ Fahrur
Rosyidin
|
§ Nina M
|
§ Lisnawati
|
§ Sada Ukur
|
§ Sri Rahayu
|
§ Elsa
|
STIKes MITRA BUNDA PERSADA BATAM
PRODI D III KEPERAWATAN
2009-2010
PENYAKIT
KRONIS
Penyakit adalah
suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang
dipengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang biasa berkonsultasi
dengan seorang dokter.
Patologi adalah
pelajaran tentang penyakit. Subyek pengklasifikasian sistimatik penyakit
disebut nosologi. Badan pengetahuan yang lebih luas tentang penyakit adalah
kedokteran
Penyakit
menular
Penyakit yang disebabkan oleh
kuman yang menjangkiti tubuh manusia. Kuman dapat berupa virus, bakteri, amuba,
atau jamur.
Penyakit
Tidak Menular
Penyakit yang tidak disebabkan
oleh kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau metabolisme
pada jaringan tubuh manusia. Penyakit-penyakit tersebut contohnya ialah; batuk,
sariawan, sakit perut, dan sebagainya.
Penyakit
Kronis
Penyakit yang berlangsung sangat
lama. Beberapa penyakit kronis yang sering menyebabkan kematian kepada si
penderitanya antara lain:
* AIDS
* Serangan jantung
* Kanker
* Serangan jantung
* Kanker
Kronis
Penyakit Dan Konsep Of Uncertainty
Berurusan dengan penyakit kronis tidak mudah, terutama
karena ketidakpastian yang terlibat dalam penyakit. Beberapa jenis penyakit
kronis mungkin sedikit ringan sementara yang lain bisa berat dan mengancam
nyawa. Bagi mereka yang terkena penyakit kronis, setiap hari adalah hari yang
sulit baru, terutama jika penyakit mereka melibatkan beberapa jenis rasa sakit
yang berulang.
Selain itu, pasien penyakit kronis
yang terus-menerus obat-obatan, yang dapat mengakibatkan efek samping terlalu
banyak dan perubahan gaya hidup. Meskipun beberapa perubahan gaya hidup mungkin
sangat kecil dan tidak melibatkan orang lain, sementara beberapa perubahan gaya
hidup dapat menyebabkan hilangnya kebebasan, dari semacam hobi dan dalam
beberapa kasus bahkan kehilangan pekerjaan.
Penyakit kronis sangat tidak terduga
dan hal-hal yang sangat tidak pasti karena jenis pengalaman satu pasien mungkin
tidak selalu harus sama dalam kasus pasien lainnya. Tidak ada satu hal baik
yang mungkin bekerja untuk melawan penyakit, tapi pada saat yang sama, sesuatu
yang dapat membantu Anda mengatasi situasi yang ada adalah hal yang baik.
Penyakit kronis mungkin juga
memiliki dampak psikologis di mana pasien dapat merasa tertekan, marah,
frustrasi dan kesepian. Namun, ini adalah sifat-sifat yang menyebabkan
seseorang menjadi lemah. Salah satu harus cukup kuat secara emosional dan
dengan dukungan teman dan keluarga siap untuk melawan penyakit. Untuk ini, kita
harus mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang penyakit seseorang agar
mampu menghadapinya. Tapi tak peduli seberapa banyak informasi yang kita
miliki, salah satu juga harus siap menghadapi sejumlah ketidakpastian juga.
Rumah Sakit
Ketergantungan Pada Chronic Mental Illness
Penyakit mental kronis mengacu pada
pola perilaku dalam individu dan menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan
yang mungkin tidak menjadi bagian dari perkembangan normal. Tidak ada penyebab
spesifik penyakit mental dan ini telah menjadi jauh lebih umum.
Gejala penyakit mental kronis akan
mencakup delusi atau halusinasi, alkohol atau narkoba, ketakutan atau
kekhawatiran berlebihan, bingung berpikir dll Karena penyakit mental dapat
memperburuk tanpa perawatan yang terbaik adalah meminta nasihat dokter, bila
ada gejala tertentu. Ketika dokter tersangka penyakit mental, mungkin ada tes
yang berbeda dilakukan seperti pemeriksaan fisik, tes laboratorium dan evaluasi
psikologis.
Namun, jika seorang pasien dirawat
di rumah sakit untuk jangka waktu lama, akan ada kemungkinan rumah sakit
ketergantungan. Rumah sakit ketergantungan pada pasien penyakit mental kronis
timbul dari kurangnya rasa percaya diri, takut stigmatisasi sosial dan berada
dalam pengaturan bahwa pasien merasa nyaman masuk Itulah mengapa dokter harus
berada di rumah sakit yang mencari dependensi di pasien penyakit mental kronis
dan memperlakukan itu sesuai.
Perawatan untuk penyakit mental
kronis dapat diberikan di rumah atau di rumah sakit. Sebagian besar kali
obat-obatan psikiatri pengobatan yang efektif untuk pasien tersebut, selain itu
psikoterapi juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit mental. Meskipun
psikoterapi dapat membantu mengobati pasien dalam beberapa bulan, penyakit
serius mungkin memakan waktu lebih lama.
Umumnya rawat inap dari pasien
penyakit mental kronis dianjurkan hanya bila pasien dapat menjadi berbahaya bagi
diri sendiri atau yang lain. Tapi apakah pasien dirawat di rumah sakit atau
tidak, kunci yang layak dan pengobatan dini penyakit mental kronis adalah
melalui perawatan medis yang teratur. Hal ini sangat penting bagi pasien untuk
mengambil obat mereka secara teratur. Terlepas dari ini, makan diet yang baik
dan mendapatkan tidur yang tepat juga dapat membantu. Penting lain yang harus
diingat tentang pasien dengan penyakit mental kronis adalah bahwa mereka
seharusnya tidak membiarkan diri mereka terisolasi dan mereka harus melanjutkan
dengan kegiatan-kegiatan normal mereka, yang pernah diperbolehkan dalam
penyakit mereka.
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN KEHILANGAN
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimanan seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KEHILANGAN, TERGANTUNG ;
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu
KEHILANGAN DIBAGI DALAM 2 TIFE ;
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
FAKTOR MENYEBAB KEHILANGAN:
1. Kehilangan orang yang dicintai / dihormati
Bersifat permanent ==> tidak dapat kontak personal.
2. Kehilangan kesejahteraan fisik, psikologik dan social.
3. Kehilangan objek diluar diri sendiri
4. Kehilangan karena perpisahan dengan lingkungan yang dikenal.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimanan seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KEHILANGAN, TERGANTUNG ;
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu
KEHILANGAN DIBAGI DALAM 2 TIFE ;
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
FAKTOR MENYEBAB KEHILANGAN:
1. Kehilangan orang yang dicintai / dihormati
Bersifat permanent ==> tidak dapat kontak personal.
2. Kehilangan kesejahteraan fisik, psikologik dan social.
3. Kehilangan objek diluar diri sendiri
4. Kehilangan karena perpisahan dengan lingkungan yang dikenal.
RENTANG
RESPON KEHILANGAN
Denial-----> Anger-----> Bergaining------> Depresi------> Acceptance
1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2. Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.
4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “
PENGKAJIAN
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.
Dari data yang diperoleh dapat dirumuskan diagnosa keperawatan:
Gangguan hubungan interpersonal berhubungan dengan berduka disfungsional.
INTERVENSI :
Tujuan Umum;
Klien mampu melakukan hubungan interpersonal tanpa hambatan.Ø
Tujuan khusus;
Klien mampu;
a. Mengungkapkan perasaan berduka
b. Menjelaskan makna dari kehilangan
c. Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai.
d. Membina hubungan baru yang bermakna.
e. Mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi kehilangan.
Tindakan keperawatan ;
1.1. lakukan pendekatan dengan prinsip hubungan perawat – klien yang terapiutik
• Empati dan perhatian
• Jujur dan tepati janji
• Terima klien apa adanya
1.2. Beri dorongan klien mengungkapkan perasaan berdukanya
1.3. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien, jangan menghukum / menghakimi.
2.1. Tingkatkan kesadaran klien terhadap kenyataan kehilangan.
2.2. Diskusikan dengan klien respon marah, sedih, perasaan bersalah merupakan hal yang wajar bila seseorang mengalami kehilangan.
2.3. beri dukungan secara non verbal seperti; memegang tangan , menepuk bahu.
2.4. Amati perilaku verbal dan non verbal selama klien bicara.
3.1. sediakan waktu untuk kontak dengan klien secara teratur
3.2. ajarkan pada klien tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan dengan setiap tahapan.
3.3. dorong klien untuk berbagi rasa dengan sumber-sumber yang tersedia untuk saling berbagi.
Bantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya.
Bantu mengidentifikasi aktifitas yang disukai dan dorong klien untuk melaksanakannya
Libatkan klien dalam aktivitas motorik
Beri umpan balik positip atas keterlibatan klien dalam aktivitas.
5.1. Diskusikan dengan keluarga tentang proses berduka yang dialami klien dan ajarkan pada keluarga tahapan berduka serta cara untuk mengatasinya.
5.2. Anjurkan keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien, mendengarkan ungkapan klien berkaitan dengan pengalaman kehilangan.
EVALUASI
Respon klien dinilai berdasarkan pertanyaan dibawah ini :
1. Apakah klien sudah dapat mengungkapkan perasaannya secara spontan ?
2. Apakah klien dapat menjelaskan makna kehilangan terhadap hidupnya ?
3. Apakah klien mempunyai system pendukung untuk mengungkapkan perasaannya ?
4. Apakah klien menunjukan tanda-tanda penerimaan terhadap kenyataan kehilangan ?
5. Apakah klien sudah dapat membina hubungan baru yang bermakna dengan orang lain ?
6. Apakah klien sudah mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah yang dihadapi akibat kehilangan ?
Denial-----> Anger-----> Bergaining------> Depresi------> Acceptance
1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
2. Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.
4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “
PENGKAJIAN
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.
Dari data yang diperoleh dapat dirumuskan diagnosa keperawatan:
Gangguan hubungan interpersonal berhubungan dengan berduka disfungsional.
INTERVENSI :
Tujuan Umum;
Klien mampu melakukan hubungan interpersonal tanpa hambatan.Ø
Tujuan khusus;
Klien mampu;
a. Mengungkapkan perasaan berduka
b. Menjelaskan makna dari kehilangan
c. Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai.
d. Membina hubungan baru yang bermakna.
e. Mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi kehilangan.
Tindakan keperawatan ;
1.1. lakukan pendekatan dengan prinsip hubungan perawat – klien yang terapiutik
• Empati dan perhatian
• Jujur dan tepati janji
• Terima klien apa adanya
1.2. Beri dorongan klien mengungkapkan perasaan berdukanya
1.3. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien, jangan menghukum / menghakimi.
2.1. Tingkatkan kesadaran klien terhadap kenyataan kehilangan.
2.2. Diskusikan dengan klien respon marah, sedih, perasaan bersalah merupakan hal yang wajar bila seseorang mengalami kehilangan.
2.3. beri dukungan secara non verbal seperti; memegang tangan , menepuk bahu.
2.4. Amati perilaku verbal dan non verbal selama klien bicara.
3.1. sediakan waktu untuk kontak dengan klien secara teratur
3.2. ajarkan pada klien tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan dengan setiap tahapan.
3.3. dorong klien untuk berbagi rasa dengan sumber-sumber yang tersedia untuk saling berbagi.
Bantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya.
Bantu mengidentifikasi aktifitas yang disukai dan dorong klien untuk melaksanakannya
Libatkan klien dalam aktivitas motorik
Beri umpan balik positip atas keterlibatan klien dalam aktivitas.
5.1. Diskusikan dengan keluarga tentang proses berduka yang dialami klien dan ajarkan pada keluarga tahapan berduka serta cara untuk mengatasinya.
5.2. Anjurkan keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien, mendengarkan ungkapan klien berkaitan dengan pengalaman kehilangan.
EVALUASI
Respon klien dinilai berdasarkan pertanyaan dibawah ini :
1. Apakah klien sudah dapat mengungkapkan perasaannya secara spontan ?
2. Apakah klien dapat menjelaskan makna kehilangan terhadap hidupnya ?
3. Apakah klien mempunyai system pendukung untuk mengungkapkan perasaannya ?
4. Apakah klien menunjukan tanda-tanda penerimaan terhadap kenyataan kehilangan ?
5. Apakah klien sudah dapat membina hubungan baru yang bermakna dengan orang lain ?
6. Apakah klien sudah mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah yang dihadapi akibat kehilangan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komentar anda akan selalu kami respon